-->

Sarana Fiksi

Budiyono Dion, Bahasaku



                                                       Sarana Fiksi

Menurut Stanton (2007:46), sarana-sarana sastra/fiksi  dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Pengarang yang serius mampu menemukan metode yang mengendalikan emosi pada pembaca. Metode ini dinamakan sarana sastra. Sarana sastra meliputi; sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme.

a)   Sudut Pandang
Posisi (Stanton, 2005:53), merupakan pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita, dinamakan sudut pandang. Tempat dan sifat sudut pandang tidak muncul serta-merta. Pengarang harus memilih sudut pandangnya dengan hati-hati agar cerita yang diutarakannya menimbulkan efek yang pas.
Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu; orang pertama utama, orang pertama sampingan, orang ketiga terbatas, dan orang ketiga tak terbatas.
b) Gaya dan Tone
Menurut Stanton (2005:61), gaya  adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Meski dua pengarang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek tersebut, dengan kadar tertentu, akan menghasilkan gaya. Gaya bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita.
Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah tone. Tone (Stanton, 2005:63), adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Ketika pengarang mampu berbagi perasaan (mood) dengan sang karakter dan ketika perasaan itu tercermin pada lingkungan, tone menjadi identik dengan atmosfer.
c) Simbolisme
Menurut Stanton (2005:64), simbol adalah sebuah cara untuk menampakkan gagasan dan emosi agar tampak nyata. Sebab gagasan dan emosi pada hakikatnya tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Dengan simbol, pengarang membuat maknanya menjadi tampak. Simbol dapat berwujud apa saja.
Simbol di dalam cerita, dapat memunculkan tiga efek, yang masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Kedua, satu simbol yang ditampilkan berulangulang meningkatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. Ketiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema.
Artikel Terkait:




 
 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sarana Fiksi"

Post a Comment

mohon meninggalkan komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel