Dunia Sastra Krisis Diversitas
Budiyono Dion, Bahasaku.
Dunia Sastra
Krisis Diversitas
Karya
sastra dapat dikatakan sebagai cermin masyarakat pada zamannya. Karya sastra
tidak lahir dari kekosongan budaya. Selayaknya karya sastra mencerminkan
keberagaman.
CNN
Indonesia, Keberagaman dunia seharusnya tercermin pula pada karya sastra.
Pemahaman itulah yang mendasari penulis novel laris The Fault in Our Stars,
John Green ikut kampanye "We Need Diverse Book".
"Para
penulis sebaiknya merefleksikan realitas yang ada di masyarakat," kata
Green dalam video kampanyenya, seperti dikutip The Guardian. Keberagaman,
terutama di buku anak-anak jadi aspek yang ingin ia tonjolkan. Menurutnya,
pembaca seharusnya juga merasa bisa menjadi pahlawan dalam sebuah cerita.
Kata
Green, buku yang beragam penting untuk menunjukkan realitas, sehingga cerita
terasa lebih nyata. "Selain penting untuk melihat diri Anda dalam cerita,
penting pula untuk melihat orang lain. Bila Anda tidak melihatnya dalam cerita,
akan sulit untuk berimajinasi tentang mereka secara kompleks," ujarnya.
Ia
berpendapat, keberagaman buku anak dan sastra dewasa muda memudahkan mereka
membaca kisah tentang semua jenis manusia. Keberagaman, ia melanjutkan, punya
kesempatan setara untuk mendapat pembaca lebih luas.
"Khususnya
bagi para pembaca yang termajinalisasi. Mereka butuh tahu bahwa mereka juga
bisa menjadi pahlawan dari sebuah cerita," ucap Green lagi.
Green
sendiri menyebut, buku favoritnya semasa remaja adalah Their Eyes Were Watching
God karya Zora Neale Hurston dan Song of Solomon karya Toni Morrison.
Masih
seragam
Kampanye
"We Need Diverse Book" diorganisasi oleh grup yang terdiri atas
penulis dan penerbit Amerika Serikat. Mereka menargetkan, terkumpul dana US$
100 ribu atau sekitar Rp 1,1 triliun dari kampanye itu. Saat ini, uang
terkumpul sudah lebih dari setengah yang ditargetkan.
Kampanye
itu didasari sebuah penelitian pada Maret lalu, yang menemukan bahwa hanya 93
buku dari 3.200 buku anak-anak yang dipublikasikan di Amerika Serikat bercerita
tentang orang kulit hitam. Sementara, jumlah buku yang berkisah tentang orang
Asia hanya 69 dan hanya 57 yang bercerita tentang orang Latin.
Penyelenggara
kampanye berencana menggunakan uang yang terkumpul untuk mengubah tampilan
dalam buku anak-anak. Mereka melakukan program-program ke sekolah dan membuat
acara seperti "Kidlit Diversity Festival”, 2016 mendatang.
Menurut
penyelenggara, semakin banyak anak membaca, semakin mudah mereka mengerti diri
sendiri dan orang lain. (rsa/utw, Dio)
0 Response to "Dunia Sastra Krisis Diversitas"
Post a Comment
mohon meninggalkan komentar